Berita Bola – Douglas Luiz pernah dianggap sebagai salah satu gelandang top di Premier League. Performanya yang stabil bersama Aston Villa membuat banyak klub besar Eropa tertarik padanya.
Juventus akhirnya memenangkan persaingan dan merekrut Luiz dengan harga tinggi musim panas lalu. Namun, harapan tinggi itu berbalik menjadi kekecewaan dalam waktu singkat.
Belum genap semusim, Luiz dikabarkan akan segera meninggalkan Turin. Hubungannya dengan klub memburuk, jadi alasan kuat di balik potensi kepergian tersebut.
Situasi ini menuai banyak pertanyaan. Mengapa seorang pemain sekelas Luiz tak mampu bertahan lebih lama di Juventus?
Douglas Luiz datang ke Juventus membawa ekspektasi besar berkat performanya di Premier League. Namun sejak awal, ia gagal memenuhi harapan tersebut.
Pemain asal Brasil itu hanya tampil dua kali sebagai starter dari delapan laga awal. Ia juga sempat mengalami cedera otot yang membuatnya absen enam pekan.
“Sejak awal, Douglas Luiz terlihat kesulitan,” ujar Stefano Buonfino, pakar Transfermarkt Serie A. “Dia sangat inkonsisten, bahkan dalam satu pertandingan bisa tampil bagus lalu membuat kesalahan fatal.”
“Dia punya kontrol bola yang baik dan mampu mengelabui lawan. Tapi dia juga sering kehilangan bola dan salah mengumpan, membuat rekan setimnya dalam masalah,” lanjut Buonfino.
Setelah pulih dari cedera otot, performa Luiz tetap belum stabil. Ia kembali mengalami cedera hamstring pada Maret dan kembali menepi.
Sepanjang musim lalu, Luiz absen dalam 20 pertandingan akibat cedera. Pergantian pelatih dari Thiago Motta ke Igor Tudor pun tak mengubah nasibnya.
“Saya tidak yakin pergantian pelatih menjadi faktor utama penurunan performanya,” kata Buonfino. “Saat Tudor datang, Luiz memang sedang cedera, jadi tidak bisa langsung dimainkan.”
“Namun bahkan di era Thiago Motta, menit bermain dan performa Luiz terus menurun,” jelas Buonfino lagi.
Juventus menggelontorkan dana besar musim lalu untuk belanja pemain, termasuk Douglas Luiz. Dari total 202 juta euro, Luiz menjadi pembelian termahal kedua setelah Teun Koopmeiners.
Namun hasil akhir tak sesuai harapan. Juventus hanya finis keempat di klasemen Serie A dengan 70 poin, pencapaian terburuk kedua sejak 2011.
“Mungkin sekarang dengan pergantian manajemen, Juventus ingin mengembalikan sebagian dari investasi mereka,” ucap Buonfino. “Luiz menjadi simbol kegagalan pasar transfer musim lalu bersama Koopmeiners.”
“Setidaknya Koopmeiners tampil lebih bugar dan punya pengalaman lebih lama di Serie A. Luiz tidak,” tutupnya.