Berita Bola – Inter Milan resmi membuka lembaran baru bersama Cristian Chivu. Tanda-tanda perubahan besar pun langsung tampak pada laga debut sang pelatih, yang tampaknya ingin menegaskan perbedaan arah dari pendahulunya, Simone Inzaghi.
Dalam pertandingan kontra Monterrey pada ajang Piala Dunia Antarklub 2025, Chivu memberikan sinyal kuat bahwa era penggunaan formasi klasik 3-5-2 ala Inzaghi mungkin akan segera ditinggalkan. Laga tersebut berakhir dengan skor imbang 1-1, di mana gol Inter dicetak oleh Lautaro Martinez.
Selama lebih dari lima tahun terakhir, Inter Milan mengandalkan skema tiga bek sejajar. Antonio Conte menjadi arsitek awal, kemudian diteruskan oleh Simone Inzaghi yang mengembangkan pendekatan tersebut dalam empat musim terakhir. Kedua pelatih sama-sama memanfaatkan formasi 3-5-2 sebagai identitas utama.
Kendati formasi dasarnya serupa, pendekatan Inzaghi sebenarnya cukup berbeda dari Conte. Kini, Cristian Chivu mulai membentuk identitasnya sendiri. Dan dari laga perdananya melawan Monterrey, terlihat jelas bahwa Chivu berupaya menanamkan gaya baru bagi Nerazzurri.
Menurut laporan Corriere della Sera, Chivu langsung menyentuh aspek-aspek penting dalam transisi permainan Inter. Salah satu fokus utamanya adalah bagaimana tim bereaksi saat kehilangan penguasaan bola.
Pada masa Inzaghi, Inter kerap kerepotan menghadapi serangan balik cepat dari lawan, sebuah kelemahan yang kini mulai coba diperbaiki oleh Chivu.
Dalam duel melawan Monterrey, Inter tampil dengan pendekatan bertahan yang lebih agresif. Saat bola hilang, para pemain langsung menekan lawan di area tinggi dan melakukan penjagaan satu lawan satu untuk menghentikan potensi serangan balik sejak dini.
Intensitas seperti inilah yang menjadi ciri khas baru Inter di bawah kendali Chivu.
Tak hanya dari segi pressing dan pertahanan, struktur permainan Inter juga menunjukkan tanda-tanda evolusi. Meskipun masih memulai laga dengan skema tiga bek, Chivu tampak mencoba komposisi berbeda di lini tengah dan lini depan.
Pertandingan diawali dengan formasi 3-4-1-2 sebelum beralih ke 3-4-2-1 di babak kedua. Bahkan, dalam beberapa menit terakhir, Inter sempat menggunakan formasi empat bek. Pergeseran ini menjadi bukti bahwa fleksibilitas taktik mulai menjadi bagian dari DNA baru tim.
Masuknya Petar Sucic di lini tengah turut membuka opsi bagi Chivu untuk membentuk double pivot, memungkinkan gelandang seperti Henrikh Mkhitaryan atau Nicola Zalewski memiliki ruang lebih luas untuk bergerak di zona ofensif.
Lebih dari sekadar variasi angka-angka, perubahan ini memperlihatkan bahwa Chivu tidak akan terpaku pada satu sistem tetap. Ia menginginkan tim yang dinamis, adaptif, dan mampu menyerang maupun bertahan dengan lebih fleksibel.