Komunitas Agen Bola, SBOBET, IBCBET, Prediksi Pasaran Bola & Casino Online Terbesar

Hansi Flick Berhasil Menyulap Skuad Muda Barcelona Jadi Tim Juara

Berita Bola – Barcelona baru saja memastikan gelar juara La Liga musim ini. Kemenangan 2-0 atas Espanyol, Jumat (16/5/2025) dini hari WIB, jadi penentu.

Raihan itu sekaligus melengkapi keberhasilan mereka menjuarai Piala Super Spanyol pada bulan Januari dan Copa del Rey pada bulan April. Barcelona meraih treble domestik di bawah asuhan Hansi Flick.

Gelar ini terasa spesial karena didapatkan dengan kekuatan pemain muda. Mereka tampil percaya diri dan nyaris mencapai final Liga Champions.Kebangkitan ini membuat banyak orang teringat pada era kejayaan Pep Guardiola. Kini, generasi baru Barcelona siap menuliskan kisah serupa.

Flick menjadi sosok kunci di balik semua keajaiban ini. Ia menyulap tim muda yang awalnya diragukan menjadi juara yang disegani. Ketika Flick datang, Barcelona sedang dalam masa sulit. Beberapa pemain senior seperti Lewandowski dan De Jong tampil di bawah ekspektasi.

Pelatih sebelumnya tidak memberikan kepercayaan penuh. Para pemain merasa tidak menjadi bagian dari proyek jangka panjang. Flick langsung mengubah pendekatan itu. Ia meyakinkan pemain senior bahwa mereka penting dalam rencananya.

Hasilnya pun terlihat nyata. Lewandowski menjadi top skor dengan 25 gol, dan Raphinha mencetak 18 gol di La Liga. Para pemain muda awalnya hanya tampil karena keterbatasan finansial. Namun mereka ingin lebih dari sekadar mengisi kekosongan.

Flick memberi ruang kepada Gavi, Alejandro Balde, Lamine Yamal, dan Marc Casado untuk berkembang. Mereka diberi kepercayaan, bahkan menentukan musik ruang ganti. Kepercayaan itu dibalas dengan performa luar biasa di lapangan. Gaya bermain mereka energik, penuh kreativitas, dan tak takut mengambil risiko.

Flick juga mendekati pemain cadangan dengan bijak. Ia menanamkan keyakinan bahwa waktu mereka akan datang saat dibutuhkan. Flick memiliki standar tinggi dalam hal kedisiplinan. Jules Kounde dan Inaki Pena sempat dicadangkan karena datang terlambat ke rapat tim.

Ia juga menolak gaya hidup mewah di lingkungan klub. Semua orang, termasuk direktur, wajib mengenakan pakaian klub saat laga tandang. Pendekatan ini menciptakan kesetaraan dan rasa hormat di ruang ganti. Pemain tahu, tidak ada yang istimewa di luar kerja keras.

Flick juga berinteraksi dekat dengan pemain soal kebugaran. Ia menghormati keputusan pemain terkait kebutuhan istirahat mereka. Meski sukses, Flick sadar tim ini belum sempurna. Mereka kebobolan 24 gol dalam 14 laga Liga Champions musim ini.

Barcelona gagal mencapai final Liga Champions. Ini menunjukkan masih ada ruang besar untuk perbaikan.

Flick ingin timnya lebih bisa mengontrol pertandingan. Tidak hanya mengandalkan serangan balik yang eksplosif. Musim depan, misi mereka adalah menyeimbangkan gaya bermain dengan ketenangan. Flick tetap menjadi jenderal di barisan muda ini.