Komunitas Agen Bola, SBOBET, IBCBET, Prediksi Pasaran Bola & Casino Online Terbesar

Berita Bola

Mason Mount Layangkan Pujian Buat Debut Senne Lammens Di MU : Tenang tapi Solid!

Berita Bola – Playmaker Manchester United, Mason Mount, mengaku terkesan dengan penampilan perdana Senne Lammens untuk timnya. Ia menilai kiper muda tersebut menunjukkan performa yang solid dalam laga perdananya sebagai pemain Setan Merah. Lammens adalah rekrutan terakhir Manchester United di bursa transfer musim panas lalu. Kiper asal Belgia itu didatangkan dari Royal Antwerp untuk memperkuat sektor penjaga gawang Setan Merah. Setelah menunggu sekitar satu bulan, Lammens akhirnya melakukan debut untuk tim utama Manchester United. Ruben Amorim memberikan kepercayaan kepada sang kiper untuk menjadi pemain starter melawan Sunderland di akhir pekan kemarin. Lammens membalas kepercayaan pelatih dengan performa yang baik. Ia tampil solid di bawah mistar gawang MU dan membantu Setan Merah meraih kemenangan 2-0 atas The Black Cats. Ini juga merupakan kali pertama MU meraih clean sheet di musim 2025/2026. Dalam wawancara dengan MUTV usai pertandingan, Mount memberikan pujian besar untuk Lammens. Ia menilai kiper muda itu tampil sangat baik di partai debutnya bersama Setan Merah. Ia menyebut tidak mudah bagi seorang kiper muda untuk bermain di Premier League. Oleh karena itu, ia menilai kemampuan meraih clean sheet di pertandingan pertamanya merupakan sebuah pencapaian yang patut diapresiasi dari Lammens. “Kami benar-benar senang melihat penampilannya hari ini. Tidak mudah bagi seorang pemain muda untuk memainkan pertandingan pertamanya di Premier League, jadi kami selalu mendukungnya,” buka Mount. Lebih jauh, Mount memuji penampilan Lammens dalam pertandingan melawan Sunderland tersebut. Ia menyebut sang kiper menunjukkan performa yang impresif dan tenang, meskipun usianya masih sangat muda. Itulah sebabnya Mount menilai keberhasilan MU meraih clean sheet pada laga ini, sebagian juga berkat penampilan apik Lammens di jantung pertahanan mereka. “Dia (Lammens) benar-benar solid ketika kami mendapatkan tekanan. Di Premier League, sangat penting untuk meraih clean sheet, itulah mengapa kami senang melihat penampilannya hari ini,” pungkas sang pemain. Skuad Manchester United saat ini sedang menjalani masa libur. Sebab, jeda internasional Oktober 2025 telah dimulai dan sejumlah pemain mereka harus membela tim nasional masing-masing. Usai jeda internasional nanti, MU akan bertandang ke Anfield untuk menghadang sang juara bertahan Premier League, Liverpool, pada pertandingan pekan ketujuh Liga Premier Inggris 2025/2026.

Mason Mount Layangkan Pujian Buat Debut Senne Lammens Di MU : Tenang tapi Solid! Read More »

Respons Gary Neville Lihat Enzo Maresca Ngamuk Minta Penalti Saat Chelsea vs Liverpool

Berita Bola – Amarah Enzo Maresca meledak di pinggir lapangan saat Chelsea berhadapan dengan Liverpool. Insiden jatuhnya Alejandro Garnacho di kotak penalti menjadi pemicu utamanya. Sang manajer melancarkan protes keras karena wasit tidak memberikan hadiah penalti. Baik wasit Anthony Taylor maupun VAR bergeming dengan keputusan mereka. Reaksi berapi-api Maresca itu ternyata mendapat sorotan tajam dari Gary Neville. Legenda Manchester United itu tanpa ragu memberikan teguran keras kepada sang manajer. Neville menilai amarah Maresca sama sekali tidak beralasan. Ia bahkan menyuruh bos Chelsea itu untuk lebih tenang dan rileks dalam menyikapi keputusan wasit. Momen kontroversial itu terjadi saat Alejandro Garnacho berduel dengan Dominik Szoboszlai. Winger Chelsea itu terjatuh di dalam area penalti Liverpool setelah merasakan adanya kontak. Wasit Anthony Taylor yang berada dekat dengan kejadian menganggapnya bukan pelanggaran. Ia dengan tegas melanjutkan jalannya pertandingan tanpa menunjuk titik putih. Keputusan itu kemudian ditinjau ulang oleh tim VAR di ruang operator. Hasilnya, mereka mendukung penuh keputusan awal yang telah diambil oleh wasit di lapangan. Pihak Premier League pun memberikan konfirmasi resmi terkait insiden tersebut. Kontak dari Szoboszlai terhadap Garnacho dianggap terlalu minim untuk sebuah penalti. Gary Neville yang bertugas sebagai komentator pertandingan memberikan analisisnya. Ia sepenuhnya setuju dengan keputusan wasit dan VAR yang tidak memberikan penalti. Menurutnya, Garnacho justru terlihat sengaja menjatuhkan diri di akhir momen itu. Neville bahkan memuji ketepatan wasit dalam mengamati insiden tersebut secara langsung. “Dia hanya perlu tenang, rileks. Saya tidak tahu siapa yang memberinya informasi dan mengatakan itu adalah penalti,” semprotnya. Enzo Maresca menunjukkan reaksi yang sangat berbeda di sisi lapangan. Manajer asal Italia itu terlihat sangat murka karena merasa timnya telah dirugikan. Ia melancarkan protes keras dan tanpa henti kepada ofisial pertandingan. Akibatnya, wasit Anthony Taylor tidak punya pilihan selain memberinya sebuah kartu kuning. Neville pun tidak bisa memahami mengapa Maresca bisa semarah itu. Ia merasa keberatan yang diajukan oleh sang manajer sama sekali tidak berdasar. “Faktanya, pada akhirnya dia melihatnya. Dia melihat persis apa yang terjadi,” lanjut Neville. Sementara itu, pandangan yang sedikit berbeda datang dari legenda Chelsea, Pat Nevin. Ia mengakui bahwa awalnya ia juga merasa itu bukanlah sebuah pelanggaran. Namun, opininya sedikit berubah setelah melihat tayangan ulang dari berbagai sudut. Menurutnya, ada sedikit dorongan yang dilakukan Szoboszlai kepada Garnacho. “Melihatnya lagi dengan tayangan ulang dan gerakan lambat, kejutan, ada sedikit dorongan di punggung Garnacho,” komentar Nevin. “Seandainya wasit memberikannya sejak awal, mereka tidak akan mengubahnya. Tapi tampaknya terlalu keras untuk memberikan tendangan penalti untuk itu,” pungkasnya.

Respons Gary Neville Lihat Enzo Maresca Ngamuk Minta Penalti Saat Chelsea vs Liverpool Read More »

Daya Ledak Baru Di Lini Serang Yang Bikin Inter Milan Kini Makin Mengerikan

Berita Bola – Inter Milan tengah menikmati awal musim yang penuh energi baru. Kemenangan telak 4-1 atas Cremonese di pekan ke-6 Serie A bukan sekadar hasil positif, melainkan cerminan dari perubahan besar yang dibawa Cristian Chivu sejak duduk di kursi pelatih. Menurut La Gazzetta dello Sport, laga itu adalah bukti paling nyata dari revolusi taktik yang kini mulai matang. “Inter telah kembali dan kini berbeda,” tulis media Italia itu. Chivu menanggalkan pola permainan lama yang terlalu berlapis dan memilih gaya bermain yang lebih lugas serta agresif. Pendekatan ini membuat Nerazzurri menjadi tim paling produktif di Serie A dengan torehan 17 gol dalam enam laga. Dominasi atas Cremonese menandai kemenangan ketiga beruntun Inter di liga. Lebih penting lagi, performa tersebut menunjukkan bagaimana filosofi Chivu membentuk karakter baru tim: menyerang cepat, menekan tinggi, dan tampil dengan keyakinan penuh. Para pemain tampak lebih bebas, dan serangan Inter kini datang dari segala arah. Alberto Polverosi dari Corriere dello Sport menggambarkan permainan itu sebagai “mengesankan, luar biasa, bahkan berlebihan.” Ia menilai apa yang ditunjukkan Inter sebagai bentuk dominasi total dalam aspek teknis, taktis, dan fisik. Meski demikian, Polverosi menekankan satu hal yang paling menonjol dibanding musim lalu—yakni daya ledak baru di lini depan. Menurut Polverosi, perbedaan terbesar Inter musim ini terletak pada keberanian Chivu dan kecerdikan direktur olahraga Piero Ausilio dalam membangun ulang sektor serang. “Dalam hal ini, Chivu harus berterima kasih kepada Ausilio,” tulisnya. “Dua penyerang baru, Bonny dan Pio Esposito, telah membuat lini depan jauh lebih kuat dan komplet.” Ange-Yoan Bonny menjadi contoh paling jelas dari transformasi itu. Pemain asal Prancis tersebut mengikuti jejak Chivu pindah dari Parma ke Inter pada musim panas lalu, dan langsung membuktikan diri. Dalam debut sebagai starter, ia mencetak satu gol dan tiga assist—kontribusi luar biasa yang membantu Nerazzurri meraih kemenangan 4-1. Dengan adanya Bonny dan Esposito, Lautaro Martinez kini bisa bernafas lega. Ia tidak lagi harus turun terlalu dalam untuk menghubungkan lini tengah dan depan. “Lautaro tak perlu lagi menguras tenaga di luar kotak penalti—peran yang dulu ia jalankan dengan baik, tetapi menjauhkannya dari gawang,” tulis Polverosi. Dampaknya terlihat jelas di papan skor. “Musim lalu setelah tujuh laga, Lautaro baru mencetak tiga gol. Kini ia sudah mencetak lima,” lanjut Polverosi. Kombinasi baru ini memberi Chivu kebebasan untuk merotasi barisan depan antara Bonny, Thuram, dan Esposito tanpa kehilangan ketajaman. “Siapa pun yang dimainkan, tak ada titik lemah. Tim seperti ini menakutkan bagi seluruh liga.” Transformasi Inter Milan musim ini bukan hanya soal strategi, melainkan soal identitas. Di bawah Chivu, mereka tampil dengan mentalitas baru: menyerang cepat, menekan tanpa henti, dan bermain dengan kepercayaan diri tinggi. Setiap pemain tahu perannya, dan hasilnya terlihat dalam konsistensi di lapangan. Inter yang dulu kerap mengandalkan pola rumit kini menjadi tim yang efisien dan mematikan. Dengan serangan yang lebih langsung dan lini depan yang berlapis, Nerazzurri tampak seperti mesin gol yang terus panas. Jika ritme ini terus berlanjut, Inter versi Chivu bisa menjadi ancaman menakutkan bagi siapa pun di Serie A musim ini.

Daya Ledak Baru Di Lini Serang Yang Bikin Inter Milan Kini Makin Mengerikan Read More »

Tanggapan Matteo Gabbia Usai AC Milan Gagal Menang Lawan Juventus Di Turin

Berita Bola – AC Milan harus puas dengan hasil imbang 0-0 saat bertandang ke markas Juventus pada lanjutan Serie A 2025/2026 di Allianz Stadium, Senin (6/10/2025) dini hari WIB. Dalam laga penuh tensi itu, kedua tim bermain cukup berhati-hati namun sama-sama punya peluang untuk mencetak gol. Bagi Milan, hasil ini terasa pahit. Mereka datang dengan kepercayaan diri tinggi setelah menorehkan lima kemenangan beruntun di semua kompetisi. Namun, solidnya pertahanan Juventus dan ketangguhan Michele Di Gregorio di bawah mistar menggagalkan ambisi tiga poin. Christian Pulisic gagal mengonversi penalti, sementara Rafael Leao juga menyia-nyiakan peluang emas di babak kedua. Kesempatan demi kesempatan yang terbuang membuat Rossoneri harus puas pulang membawa satu poin. Bek tengah Matteo Gabbia menjadi salah satu pemain yang paling vokal mengekspresikan kekecewaan skuad Milan. Ia menilai hasil tersebut tak sebanding dengan kerja keras yang sudah ditunjukkan tim di lapangan. Matteo Gabbia mengakui bahwa suasana ruang ganti Milan selepas laga tidak begitu menyenangkan. Hasil imbang 0-0 di Turin dianggap sebagai kehilangan dua poin, bukan tambahan satu poin. “Agak mengecewakan; kami ingin menang,” kata Gabbia seperti dikutip dari SempreMilan. “Tapi saya orang yang positif dan selalu berusaha mengambil yang terbaik.” Ucapannya mencerminkan perasaan campur aduk antara kecewa dan tekad untuk bangkit. Milan sejatinya tampil solid di lini belakang dan mencatat clean sheet, namun kurang tajam di depan gawang. Situasi itu menjadi bahan evaluasi bagi Massimiliano Allegri dan timnya untuk laga berikutnya. Gabbia menambahkan bahwa tim akan fokus memperbaiki hal-hal yang belum maksimal. “Memang ada beberapa hal positif, tapi kami akan menganalisis yang negatif,” ujarnya. Meski kecewa dengan hasil akhir, Gabbia menegaskan bahwa Milan telah bermain sepenuh hati di markas Juventus. Ia menilai rekan-rekannya sudah bekerja keras untuk menekan dan bertahan dengan baik sepanjang pertandingan. Menurut Gabbia, laga di Turin menjadi cerminan karakter Milan yang pantang menyerah. Meskipun tak menghasilkan kemenangan, tim tetap menunjukkan determinasi tinggi dan mental juang yang kuat. Bek asal Italia itu menilai hasil ini bagian dari proses panjang yang harus dijalani untuk menjaga konsistensi di papan atas Serie A. Ia menilai performa Milan masih bisa terus berkembang ke arah yang lebih baik. “Pertandingan ini adalah bagian dari perjalanan yang kami lalui musim ini. Hasil imbang bukanlah kemenangan, tapi kami sudah memberikan segalanya di lapangan,” tegas Gabbia menutup pernyataannya.

Tanggapan Matteo Gabbia Usai AC Milan Gagal Menang Lawan Juventus Di Turin Read More »

Alessandro Del Piero : Dilatih Igor Tudor, Lini Serang Juventus Kehilangan Identitas

Berita Bola – Usai Juventus bermain imbang 0-0 melawan AC Milan pada pekan ke-6 Serie A 2025/2026, legenda klub Alessandro Del Piero menyampaikan kritik keras terhadap performa tim. Del Piero menilai Juventus kehilangan identitas di bawah arahan Igor Tudor. Sang legenda menyoroti rotasi ketat yang diterapkan Tudor di lini depan. Juventus saat ini memiliki tiga opsi striker: Jonathan David, Loic Openda, dan Dusan Vlahovic. Jonathan David baru mencetak satu gol saat debutnya melawan Parma, Loic Openda belum mencetak gol sama sekali, sedangkan Dusan Vlahovic meski mengoleksi empat gol, belum tampil maksimal saat menjadi starter. Kondisi ini mendorong Tudor untuk terus merotasi ketiganya sejak awal musim. Del Piero menegaskan, setiap tim membutuhkan hierarki yang jelas, terutama di lini depan. Menurutnya, Juventus memiliki kekuatan di sektor lain, namun belum menemukan sosok yang bisa menjadi ujung tombak serangan. “Siapa yang paling cocok bermain di lini serang Juventus? Saat ini belum ada pemain yang cocok,” ujar Del Piero di Sky Sport Italia. Del Piero menilai rotasi yang sering dilakukan Tudor justru berdampak negatif. Menurut mantan penyerang Timnas Italia itu, kebijakan tersebut membuat lini serang Juventus kehilangan arah dan identitas. “Mereka yang menjadi starter hampir selalu tampil buruk. Vlahovic hanya tampil baik sebagai pemain pengganti. Ini rumit, cakupannya terbatas,” ucap Del Piero dikutip dari Sky Sports Italia. Jika Anda sering merotasi, Anda membuat semua orang tegang dan memberi semua orang kepercayaan diri. Namun di sisi lain, Anda kehilangan identitas Anda,” tegas Del Piero. Selain mengkritik rotasi, Del Piero juga memberikan saran terkait pengembangan permainan Juventus. Menurutnya, tim harus lebih mengutamakan permainan vertikal untuk memaksimalkan potensi pemain seperti Kenan Yildiz dan Francisco Conceicao. “Jika mereka bisa bermain dengan intensitas yang sangat tinggi, mereka jauh lebih vertikal. Karena mereka memiliki pemain seperti Yildiz dan Conceicao, yang bisa menimbulkan kekacauan ketika diberi ruang.” “Juve sedang kesulitan dalam menyerang. Satu-satunya yang mencoba meningkatkan tempo adalah Locatelli, jadi para penyerang hanya mendapatkan sedikit peluang untuk mencetak gol,” jelas Del Piero.

Alessandro Del Piero : Dilatih Igor Tudor, Lini Serang Juventus Kehilangan Identitas Read More »

Gara-gara Selebrasi Gila, Enzo Maresca Kena Masalah, Tapi Malah Dibela Legenda Liverpool

Berita Bola – Reaksi tak terduga datang dari Jamie Carragher setelah kemenangan dramatis Chelsea atas Liverpool. Legenda The Reds itu justru menyoroti selebrasi gila yang dilakukan oleh manajer The Blues, Enzo Maresca. Kemenangan 2-1 Chelsea memang diwarnai oleh aksi emosional Maresca di pinggir lapangan. Gol penentu dari Estevao di menit akhir menjadi pemicunya. Akibat selebrasi yang dianggap berlebihan itu, sang manajer harus diusir wasit karena kartu kuning kedua. Momen ini kemudian memicu perdebatan panas setelah laga usai. Menariknya, Carragher tidak mengkritik aksi Maresca, melainkan justru memujinya. Ia malah mengecam keras aturan yang membuat sang manajer tidak bisa melakukan wawancara pasca-laga. Gol kemenangan Chelsea yang dicetak oleh Estevao memang tercipta secara dramatis. Gol tersebut sekaligus memberikan kekalahan ketiga beruntun bagi Liverpool di semua kompetisi. Saking emosionalnya, Enzo Maresca langsung berlari kencang di pinggir lapangan. Ia bergabung dengan para pemainnya untuk merayakan gol yang mengunci kemenangan penting itu. Namun, wasit Anthony Taylor punya pandangan lain terhadap selebrasi tersebut. Maresca yang sebelumnya sudah mengantongi satu kartu kuning harus menerima kartu kuning keduanya. Konsekuensinya, manajer asal Italia itu harus diusir dari area teknis. Ia juga tidak bisa mendampingi timnya hingga peluit panjang dibunyikan oleh wasit. Di tengah kontroversi itu, Jamie Carragher justru memberikan pembelaan yang mengejutkan. Ia mengaku sangat menyukai passion dan emosi yang ditunjukkan oleh Maresca. Menurutnya, selebrasi seperti itu sangat penting untuk membangun ikatan. Momen tersebut bisa menjadi jembatan antara manajer dengan para suporter setia Chelsea. “Saya menyukai selebrasi manajer itu, saya suka dia berlari di pinggir lapangan,” kata Carragher. “Bagi saya, ini hasil terbesarnya, yang akan membangun koneksi dengan para suporter,” lanjutnya. Kekecewaan terbesar Carragher bukan pada kartu merahnya, melainkan pada konsekuensi setelahnya. Sebuah aturan baru FA melarang manajer yang diusir untuk melakukan tugas media. Ia merasa aturan tersebut sangat konyol dan merugikan. Ia berpendapat bahwa publik justru ingin mendengar langsung reaksi sang manajer setelah laga emosional. “Saya tidak percaya dia tidak bisa keluar dan berbicara dengan kami, itu konyol, Anda ingin mendengar darinya,” kecam Carragher. Akibat aturan tersebut, asisten Maresca, Willy Caballero, yang akhirnya maju untuk wawancara. Ia pun memaklumi luapan emosi yang ditunjukkan oleh bosnya di pinggir lapangan. Carragher meyakini bahwa kemenangan atas Liverpool ini adalah hasil terbesar yang pernah diraih Maresca. Tiga poin ini dinilai bisa menjadi titik balik bagi The Blues. Ia menilai kemenangan ini bisa menciptakan rasa kebersamaan yang kuat di dalam klub. Hasil ini juga membuktikan bahwa Maresca adalah seorang pelatih yang sangat bagus. “Dari sudut pandang Chelsea, ini adalah hasil yang fantastis bagi mereka, yang terbesar di bawah Enzo Maresca dalam masa jabatannya,” ujarnya. “Kami semua adalah manusia. Kami pernah menjadi pemain, kami senang melihat itu. Yang pasti kita semua bisa belajar dari itu juga,” pungkas Willy Caballero.

Gara-gara Selebrasi Gila, Enzo Maresca Kena Masalah, Tapi Malah Dibela Legenda Liverpool Read More »