Berita Bola

Berita Bola – Marten de Roon dan Davide Zappacosta memuji performa gemilang Atalanta yang menghancurkan Juventus 4-0 di Allianz Stadium, Senin (10/3/2025) dini hari WIB. Kemenangan ini membuat La Dea semakin percaya diri menjelang laga besar melawan Inter Milan. Setelah pertandingan, Davide Zappacosta menegaskan bahwa kemenangan atas tim kuat seperti Juventus bukanlah kebetulan. Menurutnya, Atalanta membuktikan kualitas timnya. Atalanta tampil dominan sejak menit awal dan memastikan kemenangan lewat gol dari Mateo Retegui, Marten De Roon, Zappacosta, dan Ademola Lookman. Kemenangan ini tidak hanya mengukuhkan posisi ketiga Atalanta di klasemen, tetapi juga membuat mereka tetap bersaing dalam perburuan gelar Serie A. “Kami sangat bersemangat. Kami tahu rekor buruk kami melawan Inter, tapi hasil ini mengirim sinyal kuat kepada semua orang,” kata De Roon. Marten de Roon menyebut kemenangan 4-0 atas Juventus sebagai ‘performa besar’ dari Atalanta. Meski sempat frustrasi karena tidak mencetak gol kedua di babak pertama, De Roon puas dengan reaksi timnya di babak kedua. “Kami menciptakan banyak peluang dan semua pemain layak menjadi Man of the Match,” ujar De Roon, seperti dikutip dari DAZN. Dia juga menyebut bahwa kemenangan ini menjadi modal penting menjelang laga melawan Inter. De Roon mengakui bahwa Inter adalah tim terbaik di liga saat ini, tapi Atalanta ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa bersaing. “Kami ingin membuktikan bahwa kami punya andil dalam perburuan gelar,” tambahnya. Davide Zappacosta mencetak gol ketiga untuk Atalanta lewat gerakan tim yang indah. Gol ini menjadi penegas dominasi Atalanta atas Juventus. Zappacosta menegaskan bahwa timnya selalu siap membuktikan diri, terutama setelah tersingkir dari Liga Champions dan hasil imbang melawan Venezia. “Kami sangat senang. Setelah tersingkir dari Liga Champions dan hasil imbang melawan Venezia, ada yang meragukan kami, tapi kami membuktikan bahwa kami selalu ada,” kata Zappacosta. “Bermimpi itu sehat dan memberi adrenalin ekstra. Bukan kebetulan jika kami masih bersaing di bulan Maret. Kami akan mencoba memberikan yang terbaik di setiap pertandingan,” tandasnya.

Berita Bola – Perburuan gelar Serie A musim ini semakin menarik dengan 10 laga tersisa. Inter Milan, Napoli, dan Atalanta hanya terpaut tiga poin di puncak klasemen. Juventus tampaknya sudah tersingkir dari perebutan gelar setelah kekalahan memalukan 0-4 dari Atalanta, Senin (10/3/2025) dini hari WIB. Kini hanya tiga tim teratas yang masih memiliki peluang besar menjadi juara. Inter Milan memimpin dengan 61 poin, diikuti Napoli dengan 60 poin, dan Atalanta dengan 58 poin. Situasi ini membuat persaingan semakin ketat di sisa musim. Pada akhir pekan nanti, Inter akan bertandang ke markas Atalanta dalam laga krusial. Sementara itu, Napoli berharap memanfaatkan situasi dengan menghadapi Venezia. Atalanta menghadapi jadwal yang cukup sulit dalam 10 laga terakhir mereka. Tim asuhan Gian Piero Gasperini masih harus menghadapi beberapa tim kuat. Mereka dijadwalkan bertemu Fiorentina, Lazio, Bologna, dan AC Milan. Selain itu, ada pertandingan melawan Roma serta laga-laga berbahaya lainnya. Dengan persaingan ketat di papan atas, Atalanta harus tampil konsisten. Setiap pertandingan bisa menentukan peluang mereka dalam perebutan Scudetto. Inter Milan menghadapi tantangan berat karena masih berlaga di Liga Champions dan Coppa Italia. Jadwal padat bisa menjadi faktor yang memengaruhi performa mereka. Setelah melawan Atalanta, Inter akan menghadapi Udinese, Parma, dan Cagliari. Laga sulit melawan Bologna, Roma, dan Lazio juga menanti mereka. Dengan skuat yang dalam, Simone Inzaghi harus pandai merotasi pemain. Fokus mereka terbagi antara liga domestik dan kompetisi Eropa. Napoli memiliki keuntungan karena tidak lagi bermain di kompetisi lain. Mereka bisa sepenuhnya fokus pada persaingan di Serie A. Mereka akan menghadapi laga penting melawan Milan, Bologna, dan Torino. Laga tandang ke markas Monza dan Lecce juga bisa menjadi ujian berat. Dengan hanya satu poin tertinggal dari Inter, Napoli punya peluang besar. Jika tampil konsisten, mereka bisa memanfaatkan kesalahan rival untuk merebut puncak klasemen.

Berita Bola – Pelatih Juventus, Thiago Motta tak bisa menyembunyikan kekecewaannya setelah Bianconeri dihajar empat gol tanpa balas melawan Atalanta. Menurut Motta, kekalahan ini terjadi karena timnya kehilangan keseimbangan setelah tertinggal dari penalti lawan. Kekalahan ini terjadi setelah Mateo Retegui membuka skor lewat penalti, diikuti oleh gol-gol Marten de Roon, Davide Zappacosta, dan Ademola Lookman. Juventus tampil buruk di babak kedua, dan sebagian penonton memilih meninggalkan stadion setelah gol keempat terjadi. Motta mengakui bahwa timnya kesulitan secara mental setelah kebobolan pertama. Meski begitu, ia menegaskan bahwa kekalahan ini tidak seburuk kekalahan dari Empoli, yang membuat Juventus tersingkir dari Coppa Italia. Juventus tampil dominan dalam penguasaan bola, tetapi hal itu tidak diimbangi dengan peluang yang berkualitas. Atalanta justru memanfaatkan setiap kesalahan Juventus dengan efisien, terutama lewat serangan balik yang mematikan. Gol penalti Retegui menjadi titik balik pertandingan. Setelah itu, Juventus kehilangan keseimbangan dan membuka celah lebar bagi Atalanta untuk mencetak gol-gol berikutnya. Motta mengakui bahwa timnya terlalu terburu-buru mengejar gol, sehingga pertahanan menjadi rentan. “Kami memulai pertandingan dengan baik, tetapi setelah penalti, segalanya berubah. Kami mencoba menyerang, tetapi itu justru membuat kami kehilangan keseimbangan,” kata Motta kepada DAZN. Kekalahan 4-0 ini menjadi kekalahan terbesar Juventus di kandang sendiri di Serie A sejak Oktober 1967. Meski begitu, Motta menolak menyamakan kekalahan ini dengan kekalahan dari Empoli di Coppa Italia. Menurutnya, kedua kekalahan tersebut terjadi dalam konteks yang berbeda. Kekalahan dari Atalanta lebih disebabkan oleh kesalahan taktis dan mental, sementara kekalahan dari Empoli lebih menyakitkan karena membuat Juventus tersingkir dari kompetisi. “Ini kekalahan yang tidak kami sukai, tetapi saya tidak menyamakannya dengan kekalahan dari Empoli. Situasinya berbeda. Tim kami mulai dengan baik, tetapi penalti mengubah segalanya,” tegas Motta. Thiago Motta pernah bermain di bawah asuhan Gian Piero Gasperini saat di Genoa. Namun, dalam pertandingan ini, Motta justru menjadi korban dari taktik brilian mantan mentornya tersebut. Atalanta tampil sangat efektif dalam memanfaatkan kesalahan Juventus. Gasperini berhasil mengatur strategi yang membuat timnya mampu mendominasi pertandingan, terutama di babak kedua. “Kami tahu Atalanta sangat kuat dalam serangan balik. Sayangnya, kami tidak bisa menjaga keseimbangan setelah kebobolan pertama,” ujar Motta. Kekalahan ini membuat Juventus semakin terpuruk dalam perburuan gelar Scudetto. Motta mengakui bahwa timnya harus segera bangkit dan fokus pada pertandingan selanjutnya melawan Fiorentina. Meski begitu, Motta tetap optimis dengan potensi tim muda Juventus. Ia berharap pengalaman pahit ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi para pemainnya. “Kami harus bangkit dan melanjutkan perjalanan. Tim ini masih muda, dan mereka akan belajar dari kekalahan ini,” pungkas Motta.